JODOH YANG BUKAN SINETRON
Disiang yang terik. Di ruang keluarga, saya berbincang dengan ibu. Perihal masa depan. Boleh ya saya bercerita sedikit?
“Nduk, bismillah ya semoga dapat kerja yang mapan. Biar ibu bisa berhenti kerja. Santai dirumah.” Ibu berujar
“Iya ibuk, aamiin. Doakan yang baik selalu buat saya.”
“Ibuk kepingin juga kamu dapet suami yang mapan, yang ganteng. Kan ibuk jadi seneng” kata ibu sambil tertawa geli.
Lalu dari percakapan singkat itu, saya melamun tentang jodoh saya nantinya. Diusia yang kini menginjak 20 tahun, pasti terbersit untuk memiliki seorang yang dapat menjadi rumah‟ ternyamanmu. Atau dengan lantang kamu katakan bahwa untuk saat ini kamu berfokus pada jenjang karir? Namun disini sayayakin, sedikit atau banyak kamu pasti berfikir tentang rumah itu.
Apa kamu tidak ingin memiliki sebuah rumah tempatmu pulang ketika bahkan dunia tak mengijinkamu tinggal? Sebuah rumah yang bisa menenangkanmu disaat gundah mendera? Sebuah rumah hangat penuh kenyamanan? Tentu saja ingin! Lalu sekarang, apa usahamu untuk mendapatkan rumah itu?
Lalu jangan berharap terlalu banyak ketika dirimu bahkan tak berbuat banyak untuk merubah dirimu. Ingat pepatah tua?
Jodoh adalah cerminan diri
Kamu percaya itu? Mari berpikir bersama. Kalau pepatah itu benar mengapa ada wanita baik berjodoh dengan lelaki yang tak baik? begitupun sebaliknya. Pertanyaan yang sama timbul dibenakku saat ini.
Jawabanku, mungkin wanita baik itu sedang diberikan kesempatan untuk memiliki surga dengan cara merubah lelaki yang tak baik itu kembali ke jalan yang Allah ridhoi. Itu pendapatku. Bagaimana dengan pendapatmu?
Perihal jodoh, siapa yang tahu? Kita tidak pernah tau bukan siapa jodoh kita. Namun kalian pasti sudah tau jodoh, maut dan rezeki sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Lalu kenapa harus khawatir? Bukankah manusia diciptakan berpasang-pasangan.
Setiap perjalanan mecari sesuatu, termasuk mencari jodoh selalu menguras emosi, suka atau duka, benci atau cinta, rindu atau temu, kecewa atau gembira, gelisah atau tawakal. Tinggal pada emosi mana yang kita pilih untuk dihabiskan.
Jodoh itu insyaallah tak akan pernah tertukar. Tolonglah, jangan samakan rencana Allah dengan sinetron-sinetron seberang.
Mungkin kamu pernah berharap dan berdoa, “Ya allah semoga si fulan adalah jodohku. Kalau dia jodohku dekatkanlah. Kalau bukan jodohku, jodohkanlah.” Itu doa atau paksaan kawan? Apa kamu yakin kalau si fulan yang kamu pilih itu adalah yang terbaik?
Kenapa tidak kamu pasrahkan saja kepada yang memiliki hati. Kenapa kamu selalu memaksakan doamu? Kenapa kamu memaksakan untuk memiliki hati seseorang, yang bahkan raganya saja bukan miliknya sendiri. Tapi miliki penciptanya?
Kemudian kamu mengabaikan perintah Tuhan mu untuk menjauhi maksiat dengan kedok pengenalan pribadi masing-masing. Untuk apa, untuk memastikan itu jodohmu atau bukan?
Memang bisa seperti itu? Kamu memang lucu. Berdoa meminta jodoh, kemudian jika dekat dengan seseorang kamu akan menganggpnya sebagai jodohmu dan akan menjalankan aksi perkenalanmu. Lalu apa? Tentu saja mendekati zina.
Kemududian beberapa saat kamu akan menikmati dunia ini bersama kekasihmu yang kamu anggap adalah jodoh terbaikmu. Selang beberapa waktu kalian bertengkar dan memutuskan untuk melewati jalan yang tak lagi sama. Kemudian dimalam yang larut kamu menggelar kembali sajadahmu, berdoa kepada Tuhanmu lagi,
“Ya Allah, kenapa engkau memberikan aku rasa sakit yang seperti ini. Kenapa si fulan bersikap seperti ini kepadaku?” begitukah doamu? Lucu sekali"
Ketika Allah dalam Al-Quran telah menulis dengan jelas tentang larangan mendekati zina. Coba saya sebutkan ya, ayat mana saja yang menjelaskan tentang hal tersebut yang saya tau.
- QS Al Isro ayat 32
- QS An Nur ayat 30
- QS Al Ahzab ayat 32
- QS Al Mu'minun ayat 5-7
- QS Al Ahzab ayat 35
- QS At Tahrim ayat 6
Allah sangat menjaga kita bukan?
Mungkin kamu bertanya kenapa tidak disebutkan dengan jelas. Saya hanya ingin setelah membaca tulisan ini, kamu mengambil air wudhu lalu mengambil dan membaca Al-Quran mu. Coba cari ayat diatas, koreksi jika saya salah dan kamu bisa menambahkannya. Pesan saya, sebagai sesama muslim percayalah bahwa jodoh memang tak akan tertukar.
Mungkin ia akan datang ketika kamu sedang sibuk mempersiapkan diri, atau ketika kamu belum bersiap sama sekali, bahkan ketika siapmu hanya sebatas niat. Dan satu lagi, jangan jadi si pemaksa. Seberapapun erat menggenggam, seberapapun mencintai, seberapapun ingin bersama jika memang bukan jodohmu lantas kamu mau apa? Cobalah menjadi ikhlas ya?
-Salam Literasi!
Dwi Nofita Sari
Komentar
Posting Komentar