PERPANJANGAN TANGAN TUHAN

Siapakah yang beruntung, untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Yang dianugrahi cinta kasih yang abadi, yang memiliki rasa sabar tak berbatas layaknya lautan lepas, yang dari setiap ucapanya selalu menjadi kebaikan bagimu, yang setiap detiknya melantunkan doa kepada Tuhan agar duka yang kamu alami diangkat dan digantikan dengan tawa, sedang derita tadi bisa dibebankan kepadanya saja. Siapakah orang mulia itu? 

Dia adalah orang yang paling dekat dengamu kawan, yang pasti kalian sudah tau, atau mungkin tak menyadarinya. Ya, kalian benar. Orang mulia tersebut adalah ibumu. Yang selama ini mungkin tak kamu anggap keberadaannya, mungkin juga setiap harinya kamu acuhkan. Namun tanpa kamu sadari beliau adalah orang yang paling kamu butuhkan.

Waktu berdentang, berputar dan merubah segalanya. kamumulai beranjak dewasa, dari si kecil yang nyaman dengan pelukan ibumu, menjadi orang yang lebih senang bergaul dengan teman-teman sebayamu. Tidak, jangan salah paham kawan. Saya tidak mengatakan bahwa hal itu tidak benar. Bersosialisasilah sesering mungkin, asal batasan itu masih tetap kamu jaga. 

Saat dewasa, kamu mulai bekerja dan sibuk dengan segalanya. Tentang cintamu, tentang karirmu, dan tentang banyak hal. Hingga tanpa kamu sadari kamu mulai bertambah tua. Lalu bagaimana dengan kedua orangtuamu, khususnya bagaimana dengan ibumu? 

Setelah kamu menengok sebentar, ternyata ibumu saat ini hanya sebatas foto yang terbingkai usang terongok dipojok jendela. Atau mungkin ibumu saat ini sedang menantimu untuk datang menjenguknya yang sudah renta. 

Kamu terlalu sibuk dengan duniamu kawan, kemana si kecil yang selalu berlari kearah ibunya, kemana kamu yang selalu menceritakan segala hal kepada ibumu, kemana kamu yang berlari kearah ibumu ketika menangis saat diejek temanmu, kemana pribadi yang manis itu? Apa dunia begitu penting bagimu hingga kamu melewatkan ibumu itu? Sungguh ironis! 

Seorang ibu, seorang yang bertindak sebagai perpanjangan tangan Tuhan itu kamu abaikan. Tidak ingatkah kamu, bagaimana perjuangannya membawamu kemanapun selama 9 bulan, yang sangat bahagia hingga tetes airmatanya jatuh ketika kamu menangis ketika dilahirkan, yang rela mengabaikan bentuk badannya ketika menyusui mu, yang setiap langkah kecilmu selalu ia tuntun, yang setiap kamu bertanya ia akan menjawabnya dengan sabar, yang rela makanannya kau makan saat kau meminta lebih.

Kemudian disuatu waktu ketika ibumu sudah berada pada sisi Tuhan. Saat duniamu mulai kosong tanpa kehadirannya. Saat tidak ada lagi tempat paling nyaman selain pelukan seorang ibu. Saat tak ada lagi lantunan doa yang teramat syahdu yang mendoakan kebaikan dan kemakmuranmu. Kamu tak lagi mendapatkan semua itu. Kamu mulai menyesali segalanya, kamu mulai berandai agar waktu bisa kembali diputar kebelakanh.  Namun hal itu tentu saja tak akan pernah terjadi. Waktu adalah hal yang tak akan pernah bisa diulang. Percayalah.

Setelah membaca tulisan ini, kembalilah! Kembalilah pada 

ibumu. Peluklah ibumu yang semakin renta itu, berterimakasihlah atas segala kebaikan yang kamu terima dalam hidupmu, dan minta maaf lah atas segala hal yang pernah kamu lakukan, membentaknya, memarahinya. Yang saya yakin ia sudah memaafkanmu, jauh sebelum kamu memintanya. Meskipun saat kau membentaknya, setetes air mata kepedihan itu jatuh. Mengapa anak yang selama ini dirawat dengan penuh cinta kasih, yang selama ini tak sekalipun kalimat kasar keluar dari bibirnya untukmu, tega membentaknya seperti itu. Itu adalah perbuatan yang tidak pantas kawan, Tuhan benci orang yang bertindak kasar pada ibunya. Basuhlah kedua kakinya, kaki itulah yang setiap hari melangkah untuk mencari rezeki. 

Bukan untuk ia gunakan sebagai bahan berfoya-foya. Ia gunakan itu untuk memenuhi setiap kebutuhanmu. Muliakanlah ibumu, layaknya kamu memuliakan Tuhanmu. Karena sungguh, ridho Allah adalah pada ridho orangtua, khususnya ibumu tapi juga jangan semata-mata mengabaikan ayahmu.

Seseorang yang memberikan banyak cinta kasih tanpa kau sadari. Yang tanpa sadar ia hapus seluruh peluh yang menetes agar kamu tidak melihatnya. Yang dalam malam yang larut, diam-diam ia mengecup keningmu sambil berdoa, “Ya Allah, anakku sudah bertambah besar. Berikanlah segala kebaikan baginya.”

Tanpa kamu menyadarinya, ayahmu juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan ibumu. Maka muliakanlah juga ayahmu, sebagaimana kamu memuliakan ibu dan juga Tuhanmu. Maka mulai sekarang, setelah selesai sholat mari jangan berdoa hanya tentang duniamu saja. Mulai panjatkanlah doa untuk kedua orangtuamu, berdoalah agar mereka diberi kesehatan, umur yang panjang sampai kamu bisa membalas apa yang diberikan kedua orangtuamu. Meskipun bahkan kamu tak akan bisa membalas setetes air susu yang diberikan ibumu dan juga peluh yang menetes di dahi ayahmu. 

Maka tetaplah berbakti ya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAMIT

Bisakah aku, jadi rela dan biasa?

Pantaskah aku bertanya,Tuan?